Kamis, 02 Mei 2013

Maksud ku itu ini.. Maksud kamu? Urusan loe..

Well.. Dari judul kita sudah tau apa isinya. Tapi marilah kita berpikir, masih banyak kasus-kasus salah paham yang berawal dari perasaan ataupun sangkaan seperti ini.
Dosen saya pernah berkata "kita mengerti apa yang kita alami, dan kita percaya apa yang kita pahami." begitulah kira-kira pernyataan beliau ketika kami mendapatkan kuliah di tahun 2012 lalu. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk sosial. Seharusnya kita harus saling paham dan saling menghargai.
Saya pernah mengalami saat dimana ketika seorang dosen menganggap sama rata semua mahasiswa yang sedang diajar hanya karena tidak bisa menjawab pertanyaan beliau. Ya memang, saya bukan termasuk mahasiswa yang sangat pintar malahan terbilang kurang. Tapi saya bisa merasakan dampak dari kata-kata beliau yang kurang menghargai.
Beliau berkata bahwa kesalahan dari kekurangan kami adalah bahwa cara belajar kita pada mata ajar yang lalu yang kurang benar. Dan itu mengakibatkan ketidak-mengertian kita kurang terhadap mata ajar beliau. Padahal menurut saya, bukan hanya itu faktor penyebabnya.
Saya tahu apa yang teman-teman saya lakukan untuk belajar. Mereka tergolong mahasiswa-mahasiswa cerdas. Tapi menurut dosen saya yang satu itu, cara belajar mereka salah. Ya mungkin memang mereka belajar mengikuti pola-pola dari saat sebelum masuk bangku kuliah. Belum terorganisir, itu memang menurut saya yang perlu ditingkatkan. Tapi bukan berarti salah total. Karena kemampuan atau ability dari seseorang dengan orang lain itu berdasarkan pengalaman. Sedangkan saat ini kebanyakan tipe pendidikan di indonesia baik dari SD sampai SMA itu menitik beratkan pada teori. Jadi bukan sepenuhnya kesalahan siswa mauoun mahasiswa. Karena sudah tertanam selama 12 tahun metode metode yang tidak menitik beratkan pada metode menyerap ilmu cuma sekedar teori bukan berdasarkan pengalaman.
Contohya adalah teman saya yang mendapatkan kesempatan melompati proses belajar atau disebut program accel kependekan dari acceleration. Saya bertanya padanya bagaimana bisa belajar begitu cepat hingga dia bisa paham benar. Ternyata dia mengandalkan hafalan cepatnya. Tapi ketika saya tnya soal pengalaman macam-macam dia bilang pengalaman dia dapat secara tidak sengaja dari beberapa perjalanannya. Berarti pengalaman itu didapat berdasarkan waktu dan biaya serta kesempatan yang lebih. Dan tidak Semua orang bisa dapat kondisi yang sama. Jadi apakah memang harus begitu proses belajar dari para pelajar? Harus berkelana menghamburkan uang? Sedangkan tidak semua tujuan itu memiliki ilmu yang diperlukan untuk menghadapi ilmu konvensional.
Jadi banyak yang harus bekerjasama antara satu sisi dengan sisi lainnya. Dari pelajar kita harus perbaiki cara belajar kita yang hanya teori. Caranya perbanyak baca buku pengetahuan dan mengambil inti-inti yang penting serta browsing internet ditingkatkan untuk mencari permasalahan-permasalahan yang sedang ada di Bumi serta mengeluarkan pendapat paling tidak satu atau dua paragraf. Dari sisi pengajar, saya mohon.. Tidak semua pelajar itu berkemampuan sama. Mohon lebih bijak untuk menangani kami. Kami juga manusia. Kami butuh bimbingan yang baik dan benar serta butuh suatu penghargaan pada jerih payah kami. Ya mungkin ada dari kami yang kurang serius. Tapi begitulah gaya masing-masing pelajar. Heterogen. Ya beginilah pendapat dan pengalaman saya. Semoga share post ini dapat menjadi tambahan informasi bagi readers. Oke. Cia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar